Kitalah perantau, selalu bimbang pada harapan dan jalan pulang.
Menghitung-hitung hari sambil mengutuki sang matahari.
Mengikuti arus sungai kehidupan, nasib baik tak kerap bersahutan.
Jejak sunyi seorang lelaki yang berjalan di bara api, menuju maut.
Di Medan telah kutampung semua duka.
Tentang keluarga yang memanggil pulang.
Tentang sahabat yang berlari pulang.
Tentang reruntuhan masa depan.
Juga cita-cita yang melayang diantara takdir dan harapan.
diantara bayangan kampung halaman.
Medan, 10 maret 2011 4:47
10 Maret 2011
Perantau bimbang jalan pulang
Diposting oleh
Nazruel D. Cokrow
Ⓐ
10.3.11
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comment:
Posting Komentar