Against Modern Football adalah sebuah aksi protes terhadap dampak dari sepakbola modern yang tidak lagi seperti yang mereka inginkan.
sepakbola pada masa kini sekarang bukan lagi seperti permainan sepakbola
pada jaman dahulu...pada masa kini sepakbola sudah menjadi sebuah media
politik,dan sebuah bisnis besar. Dampak yang mereka sesali dari sepak
bola modern ini adalah mulai hilangnya sebuah passion dalam mendukung sebuah tim sepakbola.
Dimulai dengan mulai banyaknya bermunculan plastic suporter atau sering
di sebut dengan istilah suporter dadakan/ikut-ikutan trend saja,yang
hanya menonton dan menyukai sepakbola pada saat dunia sedang demam
sepakbola,biasanya pada masa masa piala dunia atau saat liga champions
saja.
Dampak itu juga ditunjukan pada atmosfer di stadion yang sudah tidak seperti dahalu lagi,sekarang penonton
di stadion lebih memilih duduk-duduk sambil ngobrol,bahkan foto-foto
dengan dengan teman temannya untuk di upload di jejaringan sosial agar
terlihat eksis mungkin maksudnya...hahahaha :D
Tidak lagi seperti dahulu yang datang ke stadion memang benar-benar
datang untuk mendukung tim kesayangannya dengan berdiri 2x45menit sambil
meneriakan yel yel untuk tim yang mereka dukung.
Loyalitas....yaa itu adalah harga mati bagi mereka.
“ AGAINST MODERN
FOOTBALL”. Sebuah istilah yang dipake
sebagai perlawanan untuk perindustrian di dalam sepakbola. Dahulu
sepakbola adaalah sebuah hiburan bagi masyarakat kalangan menengah
kebawah (seperti saya ini,hehe) namun pada perkembangannya sepakbola
sekarang menjadi sebuah industry yang sangat menggiurkan, coba lihat
dalam seminggu saja pemain sepak bola seperti cristiano ronaldo atau
leonel messi bisa menghasilkan penghasilan milyaran rupiah. bayangin
men, Cuma seminggu dapet milyaran!!! Untuk itu sebuah tim sepak bola
juga membutuhkan penghasilan untuk membayar pemain yang bayarannyan
gede-gede. Penghasilan itu salah satunya didapat dari tiket penonton
pertandingan,karena untuk mendapatkan pemghasilan yang banyak pihak klub
pun menaikan harga tiket menjadi mahal bagi kaum kelas bawah. Dan lagi
untuk menikmati siaran pertandingannya pun harus bayar karena pihak klub
juga menjual hak siar, beruntung kita diindonesia masih gratis untuk
menikmati pertandingan-pertandingan liga-liga dieropa berkat stasiun
tivi diindonesia yang membeli hak siarnya dengan harga yang mahal. Untuk
untung atau tidaknya stasiun tivi di indinoesia rugi atau tidak yang
jelas pasti untung lah kalau enggak ya mana mau,hihi. Balik lagi ke
pokok pmbahasan, pihak klub juga menerima sponsor dari berbagai macam
produk yang akan tercetak di jersey nyA.
Pihak klub juga bisa menjual kepemilikan klub atau Cuma sebagian
sahamnya saja kepada orang-rang kaya untuk mendapatkan glontoran dana
segar, sekarang ini lagi tren klub di jual kepada syeih-syeih kaya raya
yang pengusaha minyak dari timur tengah. Yang lebih mengenaskan lagi
jika klub dijual dan namanya diganti namanya. Salah satu contohnya adalah Tim AUSTRIA SALZBURG yang sekarang telah
berganti nama menjadi RED BULL SALZBURG dimana orang-orang kaya membeli
tim itu lalu mengubah segalanya tentang tim itu, Mulai dari NAMA hingga
Warna tim itu. Bahkan supporter tim itu tak diperkenankan memakai
Jarsey lama dari AUSTRIA SALZBURG, dan ini berarti SEPAK BOLA MODERN
telah melupakan masa lalu, Sejarah Tim dan Tradisi daritim itu sendiri.
Aspirasi dari supporter dan fans tidak dimasukkan sebagi pertimbangan
untuk memutuskan sebuah keputusan dalam Sepak Bola Modern. Dan kini
semata – mata Supporter hanyalah Uang berjangka yang terus mengalir
untuk mendapatkan sebuah tiket dengan Harga yang lebih WOW dari
sebelumnya. Tak ada yang peduli ketika perlahan para Fans pergi, dan
memakai uang simpanannya untuk mendukung timnya dalam laga away, yang
padahal biasanya hanya bermain di akhir pekan saja.
Selain itu tugas supporter yang seharusnya tetap berdiri kini hanya duduk dan menonton saja sambil sesekali meneriakan kekesalannya. Kini Tampilan tak diperbolehkan, tak ada kembang api, Bendera dan Polisi pun kini bertindak lebih brutal terhadap supporter.Mereka menangkapi Supporter dengan tampilan yang dianggapnya sebagai biang kerusuhan dan melarangnya memasuki daerah stadion. Hanya dengan kecurigaan mereka bisa langsung menghakimi. Di eropa Semua supporter sudah muak diperlakukan seperti seorang penjahat dan di persulit akses menuju stadion . Semua kini di tentukan oleh Sponsor. Sponsor pula yang menentukan kapan pertandingan harus dimulai setelah memastikan sebagian besar pelanggannya duduk di depan TV.
Tapi usaha itu semua bagi kami hanyalah sia-sia saja, karena bagi kami:
1. Kami tidak mendukung sponsor yang berkontribusi pada permainan yang berlangsung selama seminggu full.
2. Kami tidak membeli produk di mana kita berpikir bahwa mereka memberikan kontribusi untuk mengubah sejarah sebuah tim ‘dan tradisi yang ada.
3. Kami tidak berlangganan Channel TV olahraga swasta karena memberi kontribusi untuk mengubah melepaskan tendangan kali, sehingga sulit bagi para fans mengikuti tim mereka di laga away.
4. Kami menentang semua tempat duduk stadion. Kami akan BERDIRI dan mendukung tim kami.!
5. Kami tidak akan menampilkan bendera dan spanduk yang diberikan kepada kita oleh pihak “sponsor” dan lebih baik memiliki yang lain dari pada nama kelompok kami atau nama tim kami diambil mereka.
6. Kami membenci musik disko sebelum, setelah dan di istirahat dari permainan, serta tarian menjijikan dan acara lainnya. Kami ada untuk menonton pertandingan sepak bola dan bukan teater cerdik!
Berbeda halnya dengan sepakbola diindonesia yang sedang menuju sepakbola industri. Di Indonesia sedang berkembang sepakbolanya, dan ingin meniru klub2 dieropa untuk menjadi klub professional yang mandiri yang lepas dari APBD. Saya jelaskan dulu, dibeberapa tahun lalu klub-klub Indonesia menggunakan APBD untuk menyokong dana. Untuk itu sekarang klub sedang mencari sponsor untuk membiayai. Namun sangat sulit, karena perusahaan yang akan mensposori melihat sepakbola diindonesia itu sering terjadi rusuh antar supporter sehingga mereka enggan menjadi sponsor. Untuk itu klub pun akhirnya menaikan harga tiket pertandingan karena pemasukan tiket adalah salah satu pemasukan terbesarnya. Jelas itu sangat berat bagi kalangan bawah.
Selain itu tugas supporter yang seharusnya tetap berdiri kini hanya duduk dan menonton saja sambil sesekali meneriakan kekesalannya. Kini Tampilan tak diperbolehkan, tak ada kembang api, Bendera dan Polisi pun kini bertindak lebih brutal terhadap supporter.Mereka menangkapi Supporter dengan tampilan yang dianggapnya sebagai biang kerusuhan dan melarangnya memasuki daerah stadion. Hanya dengan kecurigaan mereka bisa langsung menghakimi. Di eropa Semua supporter sudah muak diperlakukan seperti seorang penjahat dan di persulit akses menuju stadion . Semua kini di tentukan oleh Sponsor. Sponsor pula yang menentukan kapan pertandingan harus dimulai setelah memastikan sebagian besar pelanggannya duduk di depan TV.
Tapi usaha itu semua bagi kami hanyalah sia-sia saja, karena bagi kami:
1. Kami tidak mendukung sponsor yang berkontribusi pada permainan yang berlangsung selama seminggu full.
2. Kami tidak membeli produk di mana kita berpikir bahwa mereka memberikan kontribusi untuk mengubah sejarah sebuah tim ‘dan tradisi yang ada.
3. Kami tidak berlangganan Channel TV olahraga swasta karena memberi kontribusi untuk mengubah melepaskan tendangan kali, sehingga sulit bagi para fans mengikuti tim mereka di laga away.
4. Kami menentang semua tempat duduk stadion. Kami akan BERDIRI dan mendukung tim kami.!
5. Kami tidak akan menampilkan bendera dan spanduk yang diberikan kepada kita oleh pihak “sponsor” dan lebih baik memiliki yang lain dari pada nama kelompok kami atau nama tim kami diambil mereka.
6. Kami membenci musik disko sebelum, setelah dan di istirahat dari permainan, serta tarian menjijikan dan acara lainnya. Kami ada untuk menonton pertandingan sepak bola dan bukan teater cerdik!
Berbeda halnya dengan sepakbola diindonesia yang sedang menuju sepakbola industri. Di Indonesia sedang berkembang sepakbolanya, dan ingin meniru klub2 dieropa untuk menjadi klub professional yang mandiri yang lepas dari APBD. Saya jelaskan dulu, dibeberapa tahun lalu klub-klub Indonesia menggunakan APBD untuk menyokong dana. Untuk itu sekarang klub sedang mencari sponsor untuk membiayai. Namun sangat sulit, karena perusahaan yang akan mensposori melihat sepakbola diindonesia itu sering terjadi rusuh antar supporter sehingga mereka enggan menjadi sponsor. Untuk itu klub pun akhirnya menaikan harga tiket pertandingan karena pemasukan tiket adalah salah satu pemasukan terbesarnya. Jelas itu sangat berat bagi kalangan bawah.
Tingginya harga tiket,serta banyaknya sponsor yang mempengaruhi banyak
pemain yang menjadi egois saat dilapangan agar menjadi sorotan tim tim
besar sehingga tidak ada lagi team work saat di lapangan. Tingginya
nilai harga jual beli pemain yang berdampak pada kepribadian pemain yang
menganggap bahwa dirinya adalah bintang lapangan hanya karena dia
adalah seorang pemain dengan gaji yang sangat besarr...aahhh WTF!!
Belum lagi menang atau kalah sebuah tim sekarang bisa di monopoli oleh
mafia mafia judi internasional dengan mengancam pemain dengan cara
menyandera keluarga pemain atau bahkan menyuap seorang wasit agar skor
dapat sesuai selera...hahahahaha sepakbola macam apa itu!
LOVE THE GAME,HATE THE BUSINESS .....turn off your television and go to stadium!!
0 Comment:
Posting Komentar