mentari pagi datang yang disambut dengan kicau burung dan ayam jantan yang masih berkokok, segelas kopi hitam dan sebungkus rokok jarum super masih setia menemani. Angin pagi yang berhembus perlahan membuat semangatku untuk secepatnya meminum segelas kopi yang sudah mulai hangat, nikmatnya kopi ini dan indahnya pagi ini terlintas secepatkan sebuah tanya di otak kepalaku, sama indahnya jugakah hidupku dan kawan – kawanku ? sayangnya hidup kadang tak pernah seindah mentari pagi dan senikmat kopi hitam.
Seorang kawan guru dengan kemeja putih datang menghampiriku sambil berucap salam selamat pagi indonesia. Kawanku tidak pernah menganggap dirinya seorang guru, ia selalu bangga dengan sebutan penanam benih kader bangsa. Tidak salah dan tidak berlebihan perkataan itu, seorang guru memang sebagai pendidik dan pembentuk kadeer bangsa yang revolusioner. Seringkali sang kawan tidak pernah memikirkan nasib sang cacing dalam perutnya yang sudah mulai demonstrasi bahkan hampir sudah tak terhitung sang kawan harus terlibat konflik dengan sistem yang dianggapnya kapitalistik. Baginya, cukuplah kekalahan itu dirasakan sendiri tapi kader bangsanya tak boleh lagi harus merasakan kekalahan yang kedua kalinya.
Ilmu sang kawan diberikan lengkap dengan perpaduan ilmu eksakta dan sosial yang dibumbui dengan provokasi sosial. Sang kawan hanya punya satu keinginan agar kader bangsa dapat meneruskan tongkat estafetnya karena ketika sang kawan diwarnai oleh alam dan menyatu kembali dengan alam, ia akan tetap tersenyum dengan kemeja merahnya yang di dada kirinya tergambar bintang dengan simbol huruf A
0 Comment:
Posting Komentar