Dalam perjalanan itu
Aku bertanya pada ibu
"Bunda…
Mengapa engkau bawa aku
dalam perjalanan ini
Menyusuri padang pasir
Mendaki bukit, menuruni lembah
Menjauh dari keramaian kota
Tinggalkan taman rumah
Yang kau bilang tak ramah lagi"
Ibu menyeretku tanpa jawab
Terlalu sibuk ia dengan bawaan
Terlalu banyak ia membawa beban
Beban hati…beban raga…beban jiwa…
Ibu menarikku tanpa kata
Tapi genggam jemarinya kepadaku berkata
"Nanda…
Kau lihat rombongan yang bersama kita
Pilihan tak lagi mereka punya
Hanya sedikit harapan tersisa
Semoga esok masih ada dunia
Kau lihat kampung kita bercahaya
Bukan cahaya lampu, tapi pijar peluru
Bukan gemerlap pesta,
Tapi dentum meriam dan raungan pesawat!
Nanda….
Sakit rasanya berpisah
Lebih sakit hidup tanpa arah
Menyapa dunia ke mana angin membawa
Menggantung asa di mana nurani masih bicara"
Tangan ibu makin erat menggenggam
Ada semangat menyala
Hidup…redup…hidup…dan redup kembali
Ada kekuatan membaja
Ada hasrat membara
Ada kecewa dan sesal tak berujung pula
"kecewa!"
Teriak bunda
Tangan itu menjelma taring-taring tajam
Mencengkram kuat
Sekuat hentakan rudal merobek kampungku
Dan pergelanganku berdarah
Tidak!
Darah itu tidak mengalir
Darah itu membeku
Diam di celah pori-pori tubuhku
Dan tak setetes pun mencair
"Malu!"
Kudengar suara darah
"Untuk apa aku harus mengalir
Jika hanya akan menambah luka?
Untuk apa aku mencair
Jika hanya memperparah luka?
Untuk apa aku harus mengucur
Jika hanya memperkeruh suasana?"
Aku terus berjalan
Bersama ibu, teman dan saudara
Aku terus tertatih
Bersama kuda, keledai dan unta
Aku masih merangkak
Bersama hasrat, harapan dan asa
Aku kini tergeletak
Bersama mimpi buruk yang terus menyertai
Wahai alam…
Adakah engkau sudi bangunkan jiwaku?
05 November 2008
Suara Kaum Tertindas
Diposting oleh
Nazruel D. Cokrow
Ⓐ
5.11.08
0
Comment
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Anti Major Label:
Penindasan,
Perlawanan,
Punk
17 Agustus 2008
INDONESIA KRITIS
Tataplah wajah indonesia yang tlah muram
Sedih dan menangis karena kemunafikan
Sang penguasa terdiam berpangku tangan
Duduk santai menatap kehancuran
Pembalakan sampai terbakarnya hutan
Banjir-Longsor sampai tsunami dilautan
Korupsi dan suap terjadi digedung dewan
Harga bahan pokok mencekik rakyat jelata
Air mata dan suara jeritan anak bangsa
Tak didengar dan dipedulikan pemerintah
Hanya bicara tak menjadikan nyata
omong kosong dan hanya menyulut amarah
Sedih dan menangis karena kemunafikan
Sang penguasa terdiam berpangku tangan
Duduk santai menatap kehancuran
Pembalakan sampai terbakarnya hutan
Banjir-Longsor sampai tsunami dilautan
Korupsi dan suap terjadi digedung dewan
Harga bahan pokok mencekik rakyat jelata
Air mata dan suara jeritan anak bangsa
Tak didengar dan dipedulikan pemerintah
Hanya bicara tak menjadikan nyata
omong kosong dan hanya menyulut amarah
Diposting oleh
Nazruel D. Cokrow
Ⓐ
17.8.08
0
Comment
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Anti Major Label:
Penindasan,
Perlawanan,
Punk
07 Agustus 2008
PUNK EQUAL TRASH ???
although we were often scorned and considered one eye, we will remain proud to be punk.
punk is a waste of society.
We remain proud to be punk
become social pariahs.
Did you know we became social pariahs ...??
corrupt society
feudal society
the criminal
we are proud to be a waste of society
but we are not human trash ..!!
punk community is proud to be rubbish!
punk = social control
punk is a waste of society.
We remain proud to be punk
become social pariahs.
Did you know we became social pariahs ...??
corrupt society
feudal society
the criminal
we are proud to be a waste of society
but we are not human trash ..!!
punk community is proud to be rubbish!
punk = social control
Diposting oleh
Nazruel D. Cokrow
Ⓐ
7.8.08
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Anti Major Label:
Perlawanan,
Punk
07 Juli 2008
THE EXPLOITED
Beat The Bastards
Legendary! It's the only word for them, really. Legendary for all the right reasons, of course. Like smashing hotel rooms, beating up bouncers, inciting rabid Eastern European crowds to riot (or British ones, for that matter). Mention the name `The Exploited' to anyone even remotely involved with the band, and you'll be provided with a litany of stories about their worldwide trail of destruction. The one about when they made an appearance on Top of the Pops is a good one, when Wattie apparently took a fancy to one of the dance troupe and spent the entire afternoon chasing her. Or the one where they had a pillow and fire extinguisher fight in a hotel resulting in the entire building needing refurbishing. As you can imagine, these are not the sort of people one would want to get on the wrong side of, or, judging by the reaction of the poor Pops dancer, even the right side of.
In actual fact, main man Wattie is both considerate and coherent in his approach to life, with a very definite ethos. His outrageous instinct arises from a healthy disrespect for authority and the establishment, coupled with an uncontrollable urge to get up people's arses. Guardian journalists would say that each piece of equipment they smash or steal, each hotel room they deface is a statement. We say they're just having a laugh. Of course, they wouldn't think to do it unless that disrespect existed, so maybe the journalists are right.
Records like Punks Not Dead and Troops of Tomorrow established them as major players in the scene (and the Top of the Pops appearance didn't do them much harm either) whilst their healthy, regular output of records over the last fifteen years has proved that unlike some of their peers, they never really went away. In any case, they are certainly in a position to teach some of the new generation of `punk' bands how it's done. Image, yes, but in their case it's real. They aren't looking to be perceived as some kind of designer do-nothings in a world that embraces The Offspring as the spokesmen of the new generation, and they don't likd the possibility that some kids might listen and say "They sound just like Rancid!" No, no, NO!!! This isn't some kind of diluted establishment idea of youth rebellion, this is for real.
So, to their new album. Entitled Beat the Bastards, it continues the long trail of destruction...it's true punk at it's best. It's The Exploited --the original and the best!
Legendary! It's the only word for them, really. Legendary for all the right reasons, of course. Like smashing hotel rooms, beating up bouncers, inciting rabid Eastern European crowds to riot (or British ones, for that matter). Mention the name `The Exploited' to anyone even remotely involved with the band, and you'll be provided with a litany of stories about their worldwide trail of destruction. The one about when they made an appearance on Top of the Pops is a good one, when Wattie apparently took a fancy to one of the dance troupe and spent the entire afternoon chasing her. Or the one where they had a pillow and fire extinguisher fight in a hotel resulting in the entire building needing refurbishing. As you can imagine, these are not the sort of people one would want to get on the wrong side of, or, judging by the reaction of the poor Pops dancer, even the right side of.
In actual fact, main man Wattie is both considerate and coherent in his approach to life, with a very definite ethos. His outrageous instinct arises from a healthy disrespect for authority and the establishment, coupled with an uncontrollable urge to get up people's arses. Guardian journalists would say that each piece of equipment they smash or steal, each hotel room they deface is a statement. We say they're just having a laugh. Of course, they wouldn't think to do it unless that disrespect existed, so maybe the journalists are right.
Records like Punks Not Dead and Troops of Tomorrow established them as major players in the scene (and the Top of the Pops appearance didn't do them much harm either) whilst their healthy, regular output of records over the last fifteen years has proved that unlike some of their peers, they never really went away. In any case, they are certainly in a position to teach some of the new generation of `punk' bands how it's done. Image, yes, but in their case it's real. They aren't looking to be perceived as some kind of designer do-nothings in a world that embraces The Offspring as the spokesmen of the new generation, and they don't likd the possibility that some kids might listen and say "They sound just like Rancid!" No, no, NO!!! This isn't some kind of diluted establishment idea of youth rebellion, this is for real.
So, to their new album. Entitled Beat the Bastards, it continues the long trail of destruction...it's true punk at it's best. It's The Exploited --the original and the best!
Diposting oleh
Nazruel D. Cokrow
Ⓐ
7.7.08
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
09 Juni 2008
Oi!
Pertama orang mendengar kata Oi! pasti identik dengan skinhead dan skinhead identik dengan rasis. Jadi, Oi! adalah musik rasis. Salah besar ! Dari dulunya juga skinhead nggak rasis. Budaya ini mulai dengan masuknya imigran Jamaika ke Inggris. Cara berpakaian skinhead diadopsi dari rude boys (inget SKA) dan Mods, tapi dengan tampilan yang lebih Tough dan Rough.
Oi! berarti hello dalam aksen cockney di Inggris. Oi! musik bermula di akhir 70-an setelah kemunculan punk rock. Ketika gelombang pertama punk menyerang, band seperti Cron Gen, X-Ray Spex, On File, Sham69, The Business dan Cock Sparrer sudah bernyanyi tentang hidup di jalanan di saat Sex Pistols mencoba memulai “Anarchy In the UK”. Lalu reality punk atau street punk dimulai dengan Sham69 dan Cock Sparrer, seperti juga Slaughter and The Dogs juga Menace.
Ketika era 80-an menyerang dan punk rock mendapatkan nafas baru, Oi! menjadi bagian yang solid dari movement itu (terima kasih untuk Garry Bushell,penulis di Sounds, koran musik di Inggris). Garry percaya bahwa punk rock adalah musik protes dan mengumpulkan semua street punk band di bawah bendera Oi! seperti The Business, The 4-skins, Combat 84, Infa Riot, dan The Last Resort menyerbu punk scene dengan jenis realita mereka.
Musik Oi! mulai meredup di akhir 80-an dan di Amerika, hardcore adalah musik yang didengar oleh Skinhead. Dapat dikatakan bahwa musik Oi! bukan hanya musiknya Skinhead. Musik Oi! adalah musik untuk semua orang yang berjalan di jalanan kota dan melihat rendah pada kaum tertindas dapat dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang bekerja sepanjang hari sebagai budak gaji dapat dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang selalu merasa ada persamaan hak juga dapat dihubungkan dengan Oi!. Dan ingat, Oi! bukan musik rasis. Musik Oi! tidak memandang perbedaan ras, warna dan kepercayaan.
Lirik-lirik dalam Oi! cenderung bercerita tentang anti-rasis/fasis, hidup sebagai skinhead, protes, kelas pekerja, kebersamaan, sepak bola, bir dan sedikit violence ! Pendengar musik ini selain Skinhead juga ada punks, rude boys, ska, mods dan herberts. Yang dimaksud dengan Herberts adalah orang-orang yang suka dengan Oi! tapi bukan skinhead atau punks. Mereka hanya orang-orang biasa yang cinta dengan Musik Oi!.
Di Indonesia, Musik Oi! Sudah dikenal mulai tahu 90-an. Ketika terjadi booming Ska di Indonesia, bermunculan banyak Skinhead, entah mereka hanya possers, trendy wankers ataupun a true SKINHEAD itselfs. Seiring dengan “mati”-nya tren ska karena dihantam secara dahsyat oleh major label, maka menghilang pulalah Skinhead. Tapi ingat, setiap hilangnya suatu tren bukan berarti hilang pula kultur atau budaya yang tercipta atau terbawa oleh trend tersebut.
Walaupun sedikit, tapi Skinhead di Indonesia tetap bersatu dan bertambah banyak komunitasnya. Ada beberapa organisasi Skinhead di dunia yang masuk ke Indonesia. Antara lain adalah Red And Anarchist Skinhead dan Skinhead Against Racial Prejudice.
Dan nggak dikit pula band2 di seluruh indonesia yang memainkan musik ska dan Oi! mereka tetap BERSATU dan selalu exsist sumanggak'aken boz...
Oi! berarti hello dalam aksen cockney di Inggris. Oi! musik bermula di akhir 70-an setelah kemunculan punk rock. Ketika gelombang pertama punk menyerang, band seperti Cron Gen, X-Ray Spex, On File, Sham69, The Business dan Cock Sparrer sudah bernyanyi tentang hidup di jalanan di saat Sex Pistols mencoba memulai “Anarchy In the UK”. Lalu reality punk atau street punk dimulai dengan Sham69 dan Cock Sparrer, seperti juga Slaughter and The Dogs juga Menace.
Ketika era 80-an menyerang dan punk rock mendapatkan nafas baru, Oi! menjadi bagian yang solid dari movement itu (terima kasih untuk Garry Bushell,penulis di Sounds, koran musik di Inggris). Garry percaya bahwa punk rock adalah musik protes dan mengumpulkan semua street punk band di bawah bendera Oi! seperti The Business, The 4-skins, Combat 84, Infa Riot, dan The Last Resort menyerbu punk scene dengan jenis realita mereka.
Musik Oi! mulai meredup di akhir 80-an dan di Amerika, hardcore adalah musik yang didengar oleh Skinhead. Dapat dikatakan bahwa musik Oi! bukan hanya musiknya Skinhead. Musik Oi! adalah musik untuk semua orang yang berjalan di jalanan kota dan melihat rendah pada kaum tertindas dapat dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang bekerja sepanjang hari sebagai budak gaji dapat dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang selalu merasa ada persamaan hak juga dapat dihubungkan dengan Oi!. Dan ingat, Oi! bukan musik rasis. Musik Oi! tidak memandang perbedaan ras, warna dan kepercayaan.
Lirik-lirik dalam Oi! cenderung bercerita tentang anti-rasis/fasis, hidup sebagai skinhead, protes, kelas pekerja, kebersamaan, sepak bola, bir dan sedikit violence ! Pendengar musik ini selain Skinhead juga ada punks, rude boys, ska, mods dan herberts. Yang dimaksud dengan Herberts adalah orang-orang yang suka dengan Oi! tapi bukan skinhead atau punks. Mereka hanya orang-orang biasa yang cinta dengan Musik Oi!.
Di Indonesia, Musik Oi! Sudah dikenal mulai tahu 90-an. Ketika terjadi booming Ska di Indonesia, bermunculan banyak Skinhead, entah mereka hanya possers, trendy wankers ataupun a true SKINHEAD itselfs. Seiring dengan “mati”-nya tren ska karena dihantam secara dahsyat oleh major label, maka menghilang pulalah Skinhead. Tapi ingat, setiap hilangnya suatu tren bukan berarti hilang pula kultur atau budaya yang tercipta atau terbawa oleh trend tersebut.
Walaupun sedikit, tapi Skinhead di Indonesia tetap bersatu dan bertambah banyak komunitasnya. Ada beberapa organisasi Skinhead di dunia yang masuk ke Indonesia. Antara lain adalah Red And Anarchist Skinhead dan Skinhead Against Racial Prejudice.
Dan nggak dikit pula band2 di seluruh indonesia yang memainkan musik ska dan Oi! mereka tetap BERSATU dan selalu exsist sumanggak'aken boz...
Diposting oleh
Nazruel D. Cokrow
Ⓐ
9.6.08
0
Comment
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Anti Major Label:
Perlawanan,
Punk,
Skinhead
11 Maret 2008
U'RE MY STOOPID FRIENDS..
Stoopid bastard...
In my mind just thinking oppressed and fight.
But many friends like Fuckin shit just can Speaking without looking the reality..
FUCK !!!
...i was tired hear your speech..
Just hang up my middle finger to you !!!
Diposting oleh
Nazruel D. Cokrow
Ⓐ
11.3.08
0
Comment
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Anti Major Label:
Perlawanan,
Punk
Langganan:
Postingan (Atom)