• MALANG KUçEçWARA‬ • MALANG NOMINOR SURSUM MOVEOR • MALANG BELONGS TO ME •

30 September 2012

G30S/PKI dalam Tiga Kisah Sejarah

komunis.jpg

Januari 1965 mendung menyelimuti Jakarta. Rakyat letih dan cemas. Isu kudeta mere-bak di tengah inflasi meroket. Bahan-bahan kebutuhan pokok lenyap di pasaran. Setiap hari rakyat harus sabar berdiri dalam antrean panjang untuk menukarkan kupon pemerintah deng-an minyak goring, gula, beras, tekstil, dan kebutuhan lainnya. Rupiah nyaris tidak ada nilai-nya . 

Begitulah setidaknya gambaran ibukota di awal-awal tahun 1965. Keadaan ekonomi negara dan rakyat semakin buruk tiap tahunnya, setidaknya sampai tahun 1968. Tahun yang membuat seluruh bangsa terperangah, sampai pada perubahan sistem politik dan rezim yang berkuasa. Mendung yang menandakan bahwa tahun itu adalah tahun yang “terkutuk”, terku-tuk karena tahun itulah terjadinya apa yang kita kenal dengan Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI). 

Peristiwa pemberontakan G30S/PKI memang akan selalu menjadi ingatan bangsa dalam perjalanan sejarah. Peristiwa yang merenggut setidaknya tujuh orang perwira Angkatan Darat yang selanjutnya disebut Dewan Revolusi. Bahkan pada waktu-waktu berikutnya ada 500.000 – 1.000.000 jiwa manusia yang diambil untuk membayar peristiwa tersebut. Secara politik peristiwa tersebut terpaksa menyeret Bung Karno dari tampuk kekuasaanya. 

Sampai sekarangpun sesungguhnya peristiwa G30S/PKI tersebut masih menimbulkan pertanyaan banyak pihak. Walaupun pemerintah pada tahun 1996 telah menerbitkan secara resmi mengenai peristiwa tersebut dalam satu buku. Tetapi hal itu tetap tidak cukup dipercaya oleh sebagian besar kalangan, karena masih terdapat banyak kejanggalan. Sehingga banyak buku-buku lain yang terbit yang menceritakan sisi lain dari peristiwa tragis tersebut. 

Oleh karena itu dalam tulisan ini akan disampaikan beberapa versi yang menyangkut peristiwa G30S/PKI tersebut. Baik yang bersumber resmi dari pemerintah, maupun dari kete-rangan saksi dan pelaku yang dituduh terlibat dalam gerakan tersebut, juga dari tulisan repor-tase dari beberapa wartawan. 



Versi Buku Putih 

mbs-soeharto4-gallery-56.jpg

Pada tahun 1994 Sekretariat Negara (Setneg) menetbitkan satu buku yang mencerita-kan kronologi sampai pada penumpasan G30S/PKI secara sistematis. Buku itu menjadi satu-satunya sumber sejarah resmi yang diterbitkan negara menyangkut G30S, yang dikenal deng-an sebutan buku putih. Buku yang konseptor dan editor utamanya adalah presiden yang ber-kuasa saat itu Soeharto. 

Awalnya menurut buku tersebut, dalam rangka mendiskreditkan TNI-AD (yang di- anggap sebagai musuh oleh PKI), PKI melancarkan isu Dewan Jenderal. Isu Dewan Jenderal diciptakan Biro Khusus PKI sebagai bahan perang urat syaraf untuk membentuk citra buruk terhadap pimpinan AD di mata masyarakat. Dikatakan bahwa “Dewan Jenderal” terdiri atas sejumlah Jenderal TNI-AD, seperti Jend. A.H. Nasution, Letjen Ahmad Yani, Mayjen S. Parman, dan lima jenderal lainnya yang dianggap anti PKI. 

Pada sekitar awal September 1965 dilancarkan isu bahwa Dewan Jenderal akan mere-but kekuasaan dari Presiden Soekarno dengan memanfaatkan pengerahan pasukan dari daerah yang didatangkan ke Jakarta dalam rangka peringatan HUT ABRI pada tanggal 5 Oktober 1965. Isu ini semakin dikuatkan oleh Dokumen Gilchrist, Gilchrist sendiri merupakan Duta Besar Inggris untuk Indonesia yang bertugas 1963 – 1966. 

Dokumen itu sendiri di dalamnya terdapat tulisan our local army friend, pada intinya memberikan kesan bahwa TNI-AD bekerjasama dengan Inggris, yang pada waktu itu dika- tegorikan sebagai salah satu kekuatan Nekolim. Oleh Dr.Soebandrio dokumen itu diberikan kepada Bung Karno (BK), sehingga pada 27 Mei 1965 BK mengumpulkan seluruh panglima angkatan di Istana Bogor utnuk tujuan klarifikasi. Klarifikasi terutama ditujukan untuk Letjen Yani sebagai Men/Pangad, dan Letjen Yani membantahnya. 

Menurut buku putih tersebut sejak bulan Juli – September 1965, pelatihan pasukan su-karelawan dilakukan secara intensif dan massif dengan alasan untuk memperkuat pasukan Dwikora atas instruksi Men/Pangau Omar Dani. Penyelenggaraan pelatihan tersebut dipusat-kan di Lubang Buaya, Pondok Gede, dengan pimpinan pelatihan yaitu Mayor Udara Sujono sebagai komandan. Keterlibatan TNI-AU sangat besar dalam kegiatan ini, karena peralatan pelatihanpun diusahakan dari gudang TNI-AU. 

Selanjutnya pada akhir Agustus sampai dengan akhir September 1965, Biro Khusus Central PKI secara maraton mengadakan pertemuan-pertemuan yang kesimpulannya dilapor-kan kepada Ketua CC PKI D.N.Aidit, yang saat itu juga menjabat Menteri Koordinator di da-lam Kabinet Dwikora. Pertemuan dan rapat-rapat tersebut membicarakan kesiapan gerakan pemberontakan, terutama kesiapan secara militer. 

Secara struktural sesuai dengan keputusan Politbiro CC PKI bahwa pimpinan tertinggi gerakan di tingkat pusat berada di tangan D.N. Aidit, karena memang selain di Jakarta gerakan yang sama dilakukan di beberapa daerah di Indonesia. Sementara untuk komando di lapangan gerakan tersebut dikomandani Letkol. Untung, Untung sendiri merupakan Dan Yon Pengawal Presiden. Di lapangan gerakan tersebut terbagi dalam tiga pasukan yaitu Pasukan Gatotkaca, Pasukan Pasopati, dan Pasukan Bimasakti. 

Pada tanggal 28 September 1965, Sjam selaku Kepala Biro Khusus Central PKI mela-por kepada D.N. Aidit bahwa penentuan Hari-H dan Jam-J tanggal 30 September pukul 04.00 dan disetujui. Sementara sasaran utama gerakan yaitu Jend. A.H. Nasution, Letjen. Ahmad Yani, Mayjen Haryono MT, Mayjen Soeprapto, Mayjen S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan, dan Brigjen Sutojo S. 

Perintah untuk gerakan ini jelas yaitu menangkap perwira-perwira di atas hidup atau mati. Di lapangan sesungguhnya gerakan ini telah gagal dengan kurangnya koordinasi yang baik, koordinasi antar pasukan ataupun koordinasi antara pasukan dan pimpinan. Walaupun secara umum sasaran gerakan tercapai kecuali Jend. Nasution, tetapi itu telah dibayar oleh nyawa putrid Nasution Ade Irma Suryani dan ajudannya Lettu. Pierre Tandean. 

Diceriterakan betapa kejamnya aksi penculikan yang dilakukan oleh gerakan ini. Be-rapa jenderal telah ditembak mati duluan di kediamannya seperti yang dialami Letjen Yani, Mayjen Haryono, dan Brigjen Panjaitan. Sementara yang lainnya disiksa habisa-habisan da-hulu sebelum ditembak jatuh ke sumur, mereka ini yaitu Mayjen Soeprapto, Mayjen Parman, Brigjen Sutojo, dan Lettu Tandean. Seluruh korban penculikan di bawa ke Lubang Buaya, Pondok Gede dan diserahkan kepada pimpinan Pasukan Gatotkaca Lettu. Dul Arief. 

Pada paginya tersiarlah kabar bahwa pimpinan-pimpinan teras AD diculik oleh suatu gerakan pemberontak. Gerakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang berusaha meng-kudeta Presiden Soekarno, gerakan yang dicurigai dikendalikan oleh Partai Komunis Indone-sia (PKI). Dalam proses pencarian korban penculikan, pengendalian keamanan ibukota, sam-pai pada proses penumpasan inilah terlihat jelas betapa besar jasa Mayjen. Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad. 

Mayjen Soeharto sebagai Pangkostrad mempunyai keyakinan bahwa gerakan tersebut merupakan gerakan PKI yang bertujuan menggulingkan dan merebut kekuasaan dari Peme-rintah Republik Indonesia yang sah. Yang selanjutnya oleh Soeharto gerakan ini disebut se-bagai Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI). Pangkostrad berhasil menguasai kembali alat-alat vital negara seperti Kantor RRI dan Telkom, yang sempat dikua-sai oleh G30S, pada tanggal 1 Oktober pukul 19.00. 

Mayjen Soeharto mengangkat dirinya sebagai pimpinan sementara AD menggganti-kan Letjen Yani. Dengan kekuasaan AD yang ada di tangannya Soeharto melakukan perlawa-nan langsung terhadap G30S sampaai keesokan harinya. Sampai tanggal 2 Oktober pukul 14.00 pasukan pendukung G30S menghentikan perlawanannya dan melarikan diri ke daerah Pondok Gede. Dengan hancurnya kekuatan fisik G30S di ibukota, operasi selanjutnya dilan-jutkan untuk mencari para korban penculikan. Hingga akhirnya atas perintah Pangkostrad di-lakukan penggalian atas timbunan tanah di atas sumur tua, pada tanggal 3 Oktober pukl 17.00 yang dicurigai tempat pembuangan mayat korban penculikan, dan benar. 


Versi Wartawan 

Di bagian ini akan diceriterakan peristiwa Gerakan 30 September/Partai Komunis In-donesia (G30S/PKI) oleh seorang wartawan Kompas bernama Maruli Tobing (2001), yang dimuat dalam buku Dialog Dengan Sejarah. Dalam tulisannya bahwa G30S bukanlah gerakan yang berada di bawah kendali sebagai partai seper-ti yang dikatakan Soeharto. Walaupun memang ada orang-orang PKI yang trebukti terlibat di dalamnya secara langsung maupun tidak langsung. 

Menurut Tobing G30S merupakan desainan Amerikan Serikat melalui lembaga CIA- nya, dan PKI dijadikan kambing hitamnya. Ditambah dengan konflik intern di dalam tubuh AD antara pihak yang anti-Soekarno seperti Jend. Nasution dan Mayjen Soeharto, dengan yang pro-Soekarno seperti Letjen Yani. Walaupun memang ketiga-tiganya membenci kehadi-ran PKI di kancah politik, tetapi untuk tingkat loyalitasnya terhadap BK tidak sama. 

Sebelum tahun 1965 sebenarnya CIA telah seringkali mencoba melakukan kudeta ter-hadap BK dengan berbagai cara. Seperti memberikan bantuan dana satu juta dollar AS untuk partai yang anti-PKI dan anti-Soekarno, yang ditransfer melalui Hong Kong untuk membia-yai kampanye tahun 1995. Selain itu Peristiwa Cikini juga merupakan salah satu upaya men-jatuhkan BK dengan cara pembunuhan, yang didalangi CIA. Namun tetap tidak berhasil. 

Dalam kasus G30S, Tobing menilai bahwa ada main mata antara TNI-AD dan CIA, dengan beberapa bukti membenarkan itu. Satu di antara bukti itu yaitu adanya satu telegram dari Kedubes AS di Jakarta yang masuk ke Deplu AS di Washington tanggal 21 Januari 1965. Isinya informasi pertemuan pejabat teras AD pada hari itu, dalam pertemuan itu salah satu perwira tinggi AD yang hadir bahwa adanya rencana pengambilalihan kekuasaan jika Bung Karno berhalangan. 

Kapan rencana ini akan dijalankan, bergantung pada keadaan konflik yang sedang di-bangun beberapa pecan ke depan. Dalam 30 atau 60 hari kemudian AD akan menyapu PKI. Arsip telegram yang tersimpan di Lyndon B. Johnson Library dengan nomor control 16687 itu menyebut, beberapa perwira tinggi lain yang hadir malah menghendaki agar rencana itu dijalankan tanpa menunggu Soekarno berhalangan, 

Dalam tulisannya Tobing lebih menekankan bahwa sesungguhnya persamaan persepsi antara pimpinan teras AD mengenai PKI, akhirnya berbenturan pada loyalitas tergadap Bung Karno. Yang oleh sebagian jenderal BK terlalu lunak dan selalu melindungi PKI yang dapat merusaka persatuan dan kesatuan bangsa. Sehingga jenderal-jenderal yang anti-Soekarno mendekati AS yang telah diketahui telah lama ingin menggulingkan Soekarno dan PKI. 


 Versi Saksi dan Pelaku 

Versi ini merupakan hasil wawancara dan intisari dari otobiografi para saksi dan pe-laku G30S, yang terangkum dalam buku yang berjudul Saksi Dan Pelaku Gestapu (2005). Pada bagian ini para saksi dan pelaku G30S yang pernah diadili di Mahmilub dan menekan di penjara selama puluhan tahun, lebih menekankan pada pengaruh Soeharto. 

Bahwa hampir se-luruh saksi dan pelaku menyatakan bahwa Pangkostrad saat itu sesungguhnya sudah menge-tahui akan adanya gerakan pemberontkan. Bahkan Pangkostrad Mayjen Soeharto disebut se-bagai konseptor gerakan tersebut. Beberapa saksi dan pelaku di dalam buku tersebut yang dimuat petikan wawancara dan kutipan otobiografinya yaitu, May-jen Soeharto, Seka Bungkus, Letkol Heru Atmodjo, Kolonel Latief, Laksdya Omar Dani, Mayjen Pranoto Reksosamodra, dan Jend. A.H. Nasution. 

Seperti yang diceriterakan Kolonel Latief yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigif I Jayasakti, dan di Buku Putih disebutkan bahwa ia merupakan wakil dari pimpinan ge-rakan Letkol. Untung. Pada persidangan di Mahmilub ia divonis penjara seumur hidup, se- telah pledoinya ditolak. Setelah runtuhnya Orde Baru, Kol. Latief akhirnya dibebaskan bu- lan April 1999 dari Rutan Salemba selama 33 tahun 5 bulan dipenjara. 

Bahwa dua malam berturut-turut sebelum meletusnya G30S, ia telah melapor ke Pangkostrad Mayjen Soeharto, tentang adanya rencana menghadapkan tujuh jen-deral kepada presiden. 

Pada 28 September malam ia mendatangi Pak Harto di rumahnya, untuk menanyakan isu Dewan Jenderal. Dan ternyata Pak Harto telah mengetahuinya melalui anak buahnya dari Yogya, Bagio. Menurut informasi yang didapatnya bahwa Dewan Jenderal akan melakukan kup terhadap BK. Sementara tanggal 29 malamnya melapor ke Soeharto di RSPAD Gatot Subroto, bahwa besok aka nada tujuh orang jenderal AD yang akan dihadapkan ke presiden. Dan reaksinya Pak Harto hanya manggut-manggut, dan selesai. 

Ini setidaknya menunjukkan bahwa sebenarnya Mayjen Soeharto sudah mengetahui bahwa aka nada rencana kudeta terhadap Bung Karno oleh Dewan Jenderal. Dan rencana me-nghadapkan tujuh orang jenderal AD ke BK. Tetapi Mayjen Soeharto sebagai Pangkostrad tidak mengambil tindakan apapun. 

Mana Yang Benar? 

Dari ketiga versi di atas penulis merasa versi wartawan lah yang paling dapat diperca-ya. Karena memang tidak mungkin semudah yang dibayangkan untuk menjatuhkan Presiden Soekarno dari tampuk kekuasaan, sementara masih banyak rakyat yang mencintainya. Apalagi di dalam tubuh AD sendiri terdapat dua faksi yang anti dan pro terhadap Soekarno, sehingga cukup sulit jika AD melaksanakan sendirian kudeta tersebut. 

Akhirnya faksi yang anti-Soekarno mau tidak mau harus mencari bantuan asing yang dirasa berkepentingan yang sama dengan AD, dan itu tidak lain Amerika Serikat. Dan kebe- tulan karena ada gerakan pemberontak dari orang-orang yang mencintai Soekarno dengan sepenuh hati yang berusaha “membuang” jenderal-jenderal AD yang tidak loyal. Ditambah mereka berasal dan dibawah kendali D.N. Aidit yang notabene merupakan Ketua Politbiro CC PKI, maka jadilah PKI sebagai kambing hitamnya. 
soeharto.jpg


Kurasa memang versi kedua yg benar.walaupun keadaan tahun itu sulit masih banyak rakyat yang mencintai bung karno.sygnya bung karno terlalu dekat dengan pki sehingga ketika pki dijadikan kambing hitam,nama bung karno ikut tersangkut sehingga beliau terpaksa memberikan mandat kepada pak harto.
Akibat kejadian ini ratusan ribu bahkan jutaan orang jadi korban.baik langsung ataupun tak langsung,ribuan orang dipenjara tanpa proses pengadilan bahkan dibuang di pulau buru.stelah keluarpun mendapat cap yg tidak layak,tak boleh kerja di pemerintahan dan macam2 penderitaan(kaya yg ngalamin aja)semoga kejadian kelam ini tidak terjadi lagi dimasa depan.
yg jelas indonesia 32 thn dipropaganda oleh suharto bahwa Komunis itu = atheis, padahal komunis itu ideologi sistim pemerintahan bukan ideologi agama, banyak komunis yg beragama dan banyak juga non komunis yg tidak beragama, intinya amerika takut dgn pengaruh unisoviet yg memiliki sistem pemerintahan komunis, buktinya tim" dikasih ke indonesia pdhal jelas" tim" mmg bukan bagian dri indonesia, cmn krn us takut ajah tim" jdi pangkalan Unisoviet yg mengancam pangkalan amerika yg di darwin australia, soekarno sebenarnya termasuk yg cukup berani menentang us gak kek soeharto dijanjiin bantuan duit ajah langsung kepikiran kudeta, sebenarnya soekarno itu gak berat ke unisoviet ataupun amerika, dia nonblock bahkan ingin menggabungkan semua ideologi pemerintahan, tpi dasarnya indonesia adalah negara yg dibangun dgn bnyk pahlawan penganut sosialis, tan malaka salah satunya
Memang politik itu kejam. Darah pun di halalkan yg penting bisa mencapai tujuan. Sejarah sebagai pelajaran yg sangat mahal harganya di tebus dg 1.000.000. Nyawa. Lebih baik kita gunakan HATI NURANI UNTUK MEMBANGUN NEGRI. Jangan gunakan akal dan fikiran yg tidak di dasari Hakekat Agama.



Referensi 
-Lesmana, Surya, 2005, Saksi Dan Pelaku Gestapu, 
-Media Pressindo: Yogyakarta. Oetama, Jakob, et al, 2001, 
-Dialog Dengan Sejarah Soekarno Seratus Tahun, 
-Kompas Media Nusantara: Jakarta. 1994, 
-Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia, 
-Sekretariat Negara RI: Jakarta. Ekamara Ananami Putra

24 September 2012

Merger Arema - Pelita Jaya





Menyikapi rencana yang katanya bukan sekedar wacana merger Arema - Pelita Jaya yang beberapa saat ini sangat kencang berhembus di kalangan Aremania dan publik sepakbola indonesia.
Saya pribadi sebagai Aremania mungkin dapat menjabarkannya dalam beberapa klasifikasi.

1. Merger Tim
    Jika merger tim yaitu merger kepelatihan dan pemain saya sendiri sangat setuju mengingat dua klub ini memiliki potensi pemain-pemain yang mumpuni dan berkualitas, sedangkan dari Pelita Jaya kepelatihannya dipegang oleh seorang Coach RD alias Rachmad Darmawan yang tak bisa dielakan kualitasnya dan pribadinya sebagai salah satu pelatih kelas atas di Indonesia. Dan kemungkinan tim yang dibentuk dari kedua klub ini akan menghasilkan tim yang hebat di Indonesia khususnya di ISL (Indonesia Super League).

2. Merger Kepengurusan.
    Jika merger kepengurusan atau manajemennya yang disepakati mungkin sangat bagus mengingat kedua belah pihak memiliki kepengurusan yang sangat baik . Dan kemungkinan Sepakbola industri yang professional akan tercipta. Sedangkan Sponsor atau penyandang dana dalam hal ini Bakrie Group akan lebih fokus untuk mengucurkan dananya sehingga masalah finansial yang selama ini dialami Arema FC setiap musim akan teratasi.

3. Merger Nama
    Nah ini dia yang saya pribadi kurang setuju dikarenakan nama klub bagi kedua belah pihak sangat sensitif yang berhubungan dengan sejarah dan perjuangan kedua klub selama berlaga di Persepakbolaan Indonesia.
Apa Jadinya jika nama AREMA FC/ AREMA INDONESIA/ AREMA MALANG yang selama ini menghiasi jiwa Aremania  dan insan sepakbola di Iindonesia menjadi AREMA PELITA BAKRIE atau mungkin AREMA BAKRI PELITA JAYA.
Sungguh sangat disesalkan dan sangat dikecam oleh Aremania, Dan inilah yang pokok dalam merger yang menjadi kontroversi di Aremania.

4. Merger Supporter
    Kalau hal ini saya sendiri sulit menjelaskannya. Bagaimana menurut nawak-nawak semua dengan merger supporter? Apakah setuju? Apa namanya akan jadi Aremania P-Man. hehehe... :)

Apapun yang akan terjadi nanti, benar tidaknya, Jadi tidaknya merger kedua klub kita hanya bisa berdoa dan berharap agar klub kesayangan kita menjadi lebih baik dalam segala aspek dan tetap pada 'kodrat' dilahirkanya.
Kita gak bisa memprotes dan "cawe-cawe" terlalu jauh. We are Supporter and stay walk on the line.
Salam Satu Jiwa untuk sebuah Satu Arema yang lebih baik.

Batu, 24 September 2012
Nazruel D. Cokrow (Seorang Aremania yang ''nyocot')

Badai Semu Lawan Satu Jiwa

Badai semu hari ini mengguncang jiwa para singa...
Otak dan urat syaraf tegang mengencang...
konfrontasi papan keyboard menghiasi dunia mayaku...
hitam dan putih serta abu-abu mewarnai atmosfer loyalitas...
debat pendapat penuh umpat menjilat kuat...
membuang ludah di muka...
membuang muka di tanah...
waktu yang akan berbicara...
mata elang harus terus melihat...
telinga kelelawar harus terus mend
engar...
Nurani manusia harus terus dipergunakan...
Tetap gandeng tangan, rapatkan barisan...
pasang tameng dan pedang...
Isi pistol kalian dengan amunisi kreatifitas dan saling percaya...
Untuk kebanggaan yang lebih bersinar....

KWB, 23 September 2012 23:42 WIB

23 September 2012

Dear My Beloved Super Mom



even im acting like im a dush....
i wanted to tell you that i love you so much!
you mean the world to me trust me.
i'll do anything to make you happy i'll try my best to make you happy all the time . 

yes there's time i let u down..
making you mad out of something stupidand im sorry for that.....ma?
i hope that everyday you're with me is your happy day.
every time you spend with me is your great day ever

ma?thanks for seeing me as an angel even so im not.me?
through your eyes is special.....
you look at me like im an angel eventhough i upset you so many times im still your angel

i grow a lot ma...im not the baby you use to carry whenever i cry....
whenever im tired...but one thing you never stop is being my mom....
ur my mom....and i dont want to share you with others...
even my brother and that would make me selfish son isnt't ma?

but you told me not to be one....
so i wont!
i hope the whole world can share your love and experiences your greatest love like i did!

mom? thank you!!!

Singa Bersayap Api



singa bersayap api menari-nari
di atas runtuhan candi
gerimis miris mengusir hari
pohon lontar kuyu pada basah air mata

jalan setapak berliku
dan berbatu itu
menuju ceruk kelabu jiwaku

aku tercekik udara dari kenangan
yang merambati liang pekat batu
ketika gugusan waktu memudar
pada serpih-serpih tembikar

singa bersayap api
terbang ke awang-awang
            mengelabui bebayang
dan petang paripurna
dalam tarian kunang-kunang
     tapi siapa menuntun ruhku
               ke musim yang dijanjikan
musim penuh mawar putih-perak mekar

kau hanya termangu
ketika kata-kata meresap
            ke lipatan senyap
kau menunggangi singa bersayap api
                     lalu lenyap
di balik ufuk penghabisan langit

matahari selalu memata-matai langkahku
                          di terik tanah gersang
bayang-bayangku lumer
             bagai lelehan lemak babi

singa bersayap api siaga
menunggu di pintu retak candi
        dan alangkah dungu
yang menerima nujuman itu

aku perlu sekerat aksara
              atau seteguk arak
agar lepas dari kutukan cinta
                  dan liar birahi

tak perlu kau menjenguk
ke jalan setapak berdebu itu
        sebab kau bukan lagi raga
                yang menunggu pelepasan
kini kau anak singa bersayap api
kuku-kuku jari runcing
                dan gerigi taring
                           telah terbentuk
             saat ufuk mengantuk
dan sungai-sungai tidur
dalam kepedihan panjang kemarau

remah-remah waktu
berceceran sejauh perjalananmu
                menggapai kesejatian
dan dimanakah aku kini?
aku yang menunggumu
dalam cengkeraman kelopak
            dan sari bunga matahari

di kawasan ini hanya ada kaktus
           yang memeram benih air
dalam kemalasan hari senja
           sedikit rumput jawawut
           akan menjaga kuburanku
tapi aku perlu alunan
                            lolong serigala
atau salak anjing kampung
         yang kurus, kudis, kerempeng
anjing yang terbuang
        yang melata di jalan-jalan sepi
               penuh teluh dan kutukan

pada jauh tatap mata
yang sisa hanya keheningan
malam telah merambati atap langit
         dan bulan yang rombeng
                       telah terusir ke barat
dimana kau menengadah
         dan menadah sisa kenangan
sepanjang waktu, sejauh musim
        ketika kau menjelma arca batu
yang memakan bunga-bunga
                            dan sari madu
yang dipersembahkan
               gadis-gadis desa
                       berkebaya putih kafan

singa paling tua
menjilati tubuh molek-bugil gadis belia
yang menggelinjang dan meradang
              pada ranjang keramat
yang nikmat
         yang laknat
                    yang kiamat

singa paling muda
berputar-putar di udara kelabu
dipenuhi serbuk cahaya kekunang
ia ragu akan takdir dan birahinya sendiri
              hanya menatap kuyu
pada payudara-payudara hampa
                             perawan belia

sebuah pesta di petilasan penuh lumut
       tambur dan genderang bertalu
penari-penari tua menandak-nandak
                          di atas kuburan batu
kain disingkap hingga lutut
           paha-paha layu
                    dalam rayuan malam
api cahaya biru berkedip-kedip
           di sela-sela rambut terurai
lidah menjulur dengan percik-percik api
            api dari birahi
            api sakti
            dari durga
yang akan menghanguskan aku
                                  tanpa sisa

singa bersayap api menari di udara
          mengaum ke dalam kelam cuaca
penari api mengangakan mulut
         menadah liur singa bersayap api

aku menyembunyikan waktu
         ke dalam lipatan daun sirih
pohon pandan menggeliat
                      di bening pagi

ke arah mana kini angin bertiup
         sepasang serangga hutan
telah menuntaskan musim kawin
        di telaga seroja penuh amis darah

baiknya kau minum seteguk arak
           bersama para pengembara
yang riang mengarungi hari-hari sepi
          yang telah menabur benih
               di hutan-hutan basah hujan
yang terbiasa menanggalkan kenangan
               di jalan-jalan sejauh kembara
arak akan menghangatkan
                                 pembuluh nadimu
sebelum kau kembali menyusuri waktu
           yang akan membawamu ke arah
istana kemilau singa bersayap api

tapi istana itu
berdiri anggun
pada kedalaman jiwamu
kaulah yang menandai setiap jejak
                   dari langkahmu sendiri
kaulah waktu dari muara waktu
         dini dari sekelumit dini           
                   senja dari semua senja
bunga dari benih bunga
           yang disemai serangga
di taman-taman penghabisan
                                 hayatku

sebuah altar akan terbangun
          di tengah hutan yang terbakar
dan kau pemuja segala berhala
         yang dikeramatkan para peziarah
         yang terlunta di jalan terakhir takdir

singa bersayap api adalah restu abadimu
      akar kota akan merambat dari hutan
yang dihuni liliput dan halimun
           kota yang disangga laut raya
kota yang akan basah air mata
             dan air ketuban kekasihmu

khianat dan kiamat perlahan menjalar
                       menuju jari-jari kakimu
            kota akan terbakar
menjelang dinihari paling asing
            singa-singa bersayap api meraung
menuntaskan birahi penghabisan
                             di atas tubuh ibumu

kau merayakan perjamuan kemarau
burung-burung yang bersiul murung
             merontokkan bulu-bulunya
             di atas puing-puing candi
jengkrik sembunyi dalam liang-liang dangkal
sepasang ular saling belit di belukar
          duri-duri pandan masih terasa
                   menyusup di tapak-tapak kaki
para penari api kembali menandak-nandak
            asap menyan, gaharu, cendana
                                   berbaur bau bangkai
            maut masih menghuni rongga hati,
daging busuk terlontar ke udara bertuba
                             di atas setra gandamayu

tapi kau keturunan singa bersayap api
matamu memeram bara masa silam
           di timur kau anggapati
           di selatan kau mrajapati
           di barat kau banaspati
           di utara kau banaspati-raja
beribu kutukan menjulur
                                  dan menjalar
                    dari lidah apimu
membakar aksara-
                           aksara sukmaku !



(Ababi, Bali, Februari 2007)
http://jurnal-jengki.blogspot.com/2011/10/puisi-2007-singa-bersayap-api.html