Dan dia bilang dia telah cukup banyak mengajariku tentang idealisme
Tentang kekuatan sebuah karakter untuk bertahan dalam situasi paling pelik sekalipun
Kupikir…
Mendengar dia bicara di masa lalu itu
Tentang arti sebuah bangsa dan koar-koar makna kebangsaan
Sudah cukup membekaliku menghadapi rimba kehidupan di masa depan
Masih kuingat…
Teriak-teriak lantangmu di hadapan masa yang membanjir peluh di bawah terik matahari
Menyuarakan tentang semangat untuk merubah bangsa ini
Yang kecintaanya kala itu dipersembahkan dalam makna sebuah orasi
Kukira…
Itu cukup untuk mengeraskan niatku menjadi karang agar tak terhempas oleh roda birokrasi
Oleh abrasi budaya tak pantas bangsaku
Itu mimpi saudaraku
Kuberitahu hari ini! Itu tak ada arti temanku!
Tak ada harga sebuah idealisme di sini
Di sini kita akan hidup untuk bertahan mengais sebuah kesempatan demi sekedar menggelar apa yang disebut setitik aktualisasi keilmuan
Di sini pembelajaran kita akan menjerit karena ia kini diabaikan…
Disisihkan… Dilupakan… Dan ia menangis…
Idealisme itu kawanku… Runtuh! Gugur di hari pertama kita duduk di kursi ini!
Di pojok ruangan itu, air mata kita akan meleleh, karena kamu dan aku tak minta banyak pada republik ini
Hanyalah agar kita jadi makhluk berguna bagi tanah kita dilahirkan
Rupiah bukan urusan utama bagi kita, meski kita tak bilang kita tak butuh
Tapi kita mau berguna bagi negeri ini dan melihat ke belakang 30 tahun kemudian, negeri ini menjadi lebih layak untuk ditinggali, menjadi lebih pantas untuk dibanggakan, menjadi lebih utama untuk diperhitungkan…
Bukankah masih segar segala pikuk itu di tahun - tahun lalu
Jiwa-jiwa yang menggelora dan bertekad sekeras baja
Tapi…
Hari ini temanku, kamu… dan aku…. telah menjadi bagian dari sebuah institusi
Tempat di mana integritas dan profesionalisme kita abdikan dalam pertukaran yang disebut gaji bulanan
Atau sebuah status… atau sebuah gengsi… atau sebuah kebanggaan…
Mungkin sebagian dari kita cukup beruntung untuk hidup dan mengabdi yang juga mampu memuaskan rasa idealisme dan kepuasan pribadi dan tidak menjual kepala.
Namun untukku teman, itu sebuah kemewahan yang harus diperjuangkan dengan sangat keras, perjuangan yang seringkali, membuatku merasa lemah dan tidak mampu untuk menang, bahkan menyangkal bahwa ini tanah perjuanganku… Penyangkalan temanku! Hingga sebuah penyangkalan akhirnya tersirat dalam pikiran dan nuraniku saking aku merasa tak berdaya di sini…
13 Juli 2011
Sebuah Idealisme muda
Diposting oleh
Nazruel D. Cokrow
Ⓐ
13.7.11
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comment:
Posting Komentar